Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kenapa Punya Tujuan Karir Bikin Kamu Lebih Bahagia?

Kenapa Punya Tujuan Karir Bikin Kamu Lebih Bahagia?
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, salam sejahtera untuk kita semua!

Halo, teman-teman pembaca setia dwik.xyz! Apa kabar kalian hari ini? Semoga selalu dalam keadaan baik dan penuh semangat, ya. Topik yang akan saya bahas kali ini mungkin terdengar agak "berat", tapi percayalah, ini penting banget dan justru bisa bikin hidup kita lebih ringan, lebih bahagia. Judulnya: "Kenapa Punya Tujuan Karir Bikin Kamu Lebih Bahagia?"

Mungkin ada di antara kalian yang bingung, "Saya mau jadi apa ya?" atau "Karir saya ini mau dibawa ke mana?" Atau mungkin ada yang sudah punya pekerjaan, tapi kok rasanya gitu-gitu aja? Bangun pagi, kerja, pulang, tidur, besok begitu lagi. Rasanya kayak... ada yang kurang? Kalau kalian merasakan hal-hal itu, berarti artikel ini cocok banget buat kalian.

Saya sendiri, dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di berbagai bidang, sering banget melihat orang-orang yang "terombang-ambing" dalam karirnya. Bukan karena mereka tidak pintar atau tidak mampu, tapi karena mereka tidak punya "kompas" atau "peta" yang jelas. Ibaratnya, naik kapal tanpa tahu mau ke mana, ya pasti cuma muter-muter di laut, kan? Atau seperti mau masak, tapi nggak tahu mau masak apa, bahan-bahannya diacak-acak saja, ya gimana mau bahagia dengan hasilnya nanti?

Nah, tujuan karir itu persis seperti kompas dan peta itu, atau resep masakan yang jelas. Dia memberi kita arah, makna, dan pada akhirnya, kebahagiaan. Kenapa saya bilang begitu? Mari kita kupas tuntas satu per satu, sambil ngobrol santai seperti biasa. Siapkan kopi atau teh hangatmu, ya!

Gejala “Karir Tanpa Arah”: Sering Merasa Hampa dan Bingung

Sebelum kita bicara tentang kebahagiaan, mari kita identifikasi dulu. Apa sih gejala-gejala kalau kita tidak punya tujuan karir yang jelas?
  • Merasa Tidak Termotivasi: Bangun pagi rasanya malas, pergi kerja terasa berat. Kalau sudah di kantor pun, bawaannya pengen cepat pulang.
  • Sering Merasa Cemas atau Stres: Khawatir dengan masa depan karir, tapi tidak tahu harus mulai dari mana untuk memperbaikinya.
  • Tidak Bisa Membuat Keputusan Karir: Bingung saat ada tawaran baru, atau saat harus memilih antara dua jalur yang berbeda. Akhirnya malah menunda-nunda atau pasrah saja.
  • Merasa Stagnan (Diam di Tempat): Bertahun-tahun kerja di posisi yang sama, dengan gaji yang relatif sama, tanpa ada peningkatan skill yang signifikan.
  • Sulit Menemukan Makna: Merasa pekerjaan yang dilakukan hanya sebatas "mencari nafkah", tanpa ada tujuan atau dampak yang lebih besar.
Saya pernah merasakan beberapa gejala ini, lho. Terutama di awal-awal kuliah Manajemen dulu. Setelah lulus SMK Pemesinan, rasanya dunia kerja itu luas banget. Saya punya skill teknis, tapi nggak tahu mau dikembangkan ke mana. Mau tetap di bengkel, atau coba hal baru? Kebingungan itu bikin saya sempat nggak nyaman. Tapi, setelah saya mulai merumuskan tujuan karir, perlahan-lahan gejala-gejala itu menghilang. Nah, ini dia alasannya:

7 Alasan Kenapa Punya Tujuan Karir Bikin Kamu Lebih Bahagia

Punya tujuan karir itu bukan cuma soal naik jabatan atau gaji besar. Ini tentang bagaimana kita menjalani hari-hari, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan seberapa besar kita bisa berkontribusi. Ini dia 7 alasan utamanya:

1. Memberi Arah dan Fokus yang Jelas

Bayangkan kamu sedang mengendarai mobil di jalan tol. Kalau kamu tahu tujuanmu adalah kota A, kamu akan fokus mengikuti rambu ke kota A. Kamu tidak akan mudah tergoda untuk belok ke kota B atau C, kecuali memang ada rencana khusus.

Sama halnya dengan karir. Saat kamu punya tujuan karir yang jelas, kamu tahu kemana arah yang ingin kamu tuju. Ini akan:
  • Membuatmu Lebih Efisien: Setiap keputusan yang kamu ambil, setiap skill yang kamu pelajari, akan lebih terarah dan relevan dengan tujuanmu. Kamu tidak akan menghabiskan waktu dan energi untuk hal-hal yang tidak mendukung tujuan utama.
  • Meningkatkan Produktivitas: Dengan arah yang jelas, kamu jadi tahu prioritas. Kamu bisa lebih fokus pada tugas-tugas yang mendekatkanmu pada tujuan, bukan sekadar "sibuk" tanpa arah.
  • Mengurangi Distraksi: Tawaran yang tidak sesuai dengan tujuanmu akan lebih mudah ditolak. Kamu jadi lebih tegas dalam memilih.
Saat saya memutuskan untuk beralih dari Pemesinan ke Manajemen, tujuan karir saya adalah menjadi manajer yang mampu mengelola operasi bisnis secara efektif. Dengan tujuan itu, saya jadi fokus belajar akuntansi, pemasaran, HRD, dan tidak lagi terlalu pusing dengan detail mesin-mesin, kecuali yang memang relevan dengan konteks manajemen. Arah itu membuat saya lebih fokus dan bahagia karena saya merasa bergerak maju.

2. Mengurangi Stres dan Kecemasan

Salah satu sumber stres terbesar adalah ketidakpastian. Kalau kamu tidak tahu mau ke mana, pikiranmu akan terus bertanya-tanya, "Apakah saya di jalan yang benar? Apakah saya akan sukses? Bagaimana kalau saya gagal?" Lingkaran pertanyaan ini bisa sangat melelahkan mental.

Punya tujuan karir itu seperti memiliki peta cadangan saat kamu tersesat. Kamu mungkin akan menemui jalan buntu atau macet (tantangan), tapi kamu tahu tujuan akhirnya dan ada banyak jalan lain menuju ke sana. Ini akan:
  • Memberi Rasa Kontrol: Kamu merasa punya kendali atas masa depanmu. Kamu tidak hanya pasrah pada nasib, tapi aktif merancang perjalananmu.
  • Membangun Resiliensi: Saat menghadapi kesulitan, kamu tidak mudah menyerah karena kamu tahu ini hanyalah bagian dari proses menuju tujuanmu. Kamu jadi lebih tangguh.
  • Menurunkan Tingkat Kecemasan: Dengan adanya arah dan rencana, pikiranmu jadi lebih tenang. Kamu tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, bahkan jika itu hanya langkah kecil.
Ketika saya menghadapi kesulitan di awal karir manajemen, seperti tantangan memimpin tim yang isinya orang-orang yang lebih senior, saya tidak terlalu cemas. Saya tahu, ini adalah bagian dari "proses belajar menjadi manajer yang efektif" sesuai tujuan karir saya. Rasa stres itu berkurang karena saya punya tujuan yang lebih besar dari sekadar masalah harian.

3. Meningkatkan Motivasi dan Produktivitas

Ketika kamu tahu untuk apa kamu bekerja keras, motivasimu akan melesat. Bekerja bukan lagi sekadar rutinitas, tapi sebuah "misi" yang menarik.
  • Pekerjaan Lebih Bermakna: Setiap tugas, sekecil apapun, jadi terasa lebih berarti karena kamu tahu itu berkontribusi pada tujuan yang lebih besar. Ini mengubah pekerjaan dari sekadar kewajiban menjadi sebuah panggilan.
  • Energi yang Berlipat: Kamu akan merasa lebih berenergi untuk belajar hal baru, mengambil inisiatif, dan bahkan bekerja lebih keras, karena kamu tahu itu semua demi mencapai impianmu.
  • Dopamin dari Pencapaian: Setiap kali kamu mencapai milestone kecil dalam perjalanan karirmu, otakmu akan melepaskan dopamin, hormon "kebahagiaan". Ini akan membuatmu ketagihan untuk terus mencapai hal lain.
Saya merasakan ini betul ketika saya mulai berinisiatif mengambil berbagai pelatihan soft skill atau leadership di luar jam kerja. Dulu, mungkin saya akan merasa itu buang-buang waktu. Tapi, karena tujuan karir saya adalah menjadi pemimpin yang kompeten, setiap pelatihan itu terasa seperti "investasi" yang memotivasi saya untuk terus belajar. Ini juga yang membuat saya produktif dalam pekerjaan.

4. Membuka Peluang Baru dan Mempercepat Pertumbuhan

Ketika kamu punya tujuan, "radar"-mu akan lebih peka terhadap peluang-peluang yang relevan.
  • Melihat Peluang yang Orang Lain Abaikan: Kamu jadi lebih jeli melihat kursus, proyek, atau kenalan yang bisa membantumu mencapai tujuan. Orang lain mungkin melewatkannya, tapi kamu tidak.
  • Membangun Jaringan yang Strategis: Kamu akan cenderung mendekati orang-orang yang bisa memberimu masukan atau koneksi yang relevan dengan tujuan karirmu. Jaringan ini akan jadi "tangga" yang membantumu naik.
  • Mendorong Belajar Berkelanjutan: Untuk mencapai tujuanmu, kamu akan terus belajar dan mengembangkan diri. Ini otomatis akan mempercepat pertumbuhanmu sebagai seorang profesional.
Dulu, saya seringkali diminta untuk memimpin proyek-proyek yang cukup kompleks. Kalau saya tidak punya tujuan karir yang jelas untuk menjadi manajer, mungkin saya akan menolaknya karena takut atau merasa belum sanggup. Tapi, karena saya punya tujuan, saya melihat itu sebagai kesempatan emas untuk belajar dan melatih kemampuan kepemimpinan. Saya berani mengambil risiko, dan akhirnya itu membuka banyak pintu kesempatan baru untuk saya.

5. Meningkatkan Kepuasan dan Makna Hidup

Ini mungkin alasan paling penting kenapa punya tujuan karir bikin kamu lebih bahagia. Ketika karirmu punya tujuan, hidupmu juga jadi punya makna.
  • Rasa Bangga dan Puas: Mencapai tujuan karir yang kamu tetapkan sendiri akan memberikan rasa bangga dan kepuasan yang luar biasa. Ini bukan hanya tentang uang, tapi tentang legacy dan dampak yang kamu ciptakan.
  • Hidup Lebih Bermakna: Pekerjaanmu bukan lagi sekadar cara untuk bertahan hidup, tapi sarana untuk mencapai sesuatu yang lebih besar, entah itu membantu orang lain, menciptakan inovasi, atau sekadar menjadi versi terbaik dari dirimu.
  • Kebahagiaan yang Berkelanjutan: Kebahagiaan dari pencapaian tujuan itu tidak instan dan cepat hilang, tapi bersifat lebih dalam dan berkelanjutan. Kamu tahu kamu telah menjalani hidupmu dengan penuh tujuan.
Pernah di suatu titik karir saya, saya merasa pekerjaan saya bukan hanya soal angka dan keuntungan perusahaan, tapi juga tentang bagaimana saya bisa membimbing tim saya untuk berkembang, bagaimana inovasi yang kami ciat bisa membantu pelanggan, atau bagaimana saya bisa menciptakan lingkungan kerja yang positif. Saat itu, pekerjaan saya tidak lagi terasa sebagai beban, tapi sebagai bagian dari tujuan hidup yang lebih besar. Itu kebahagiaan yang sangat mendalam.

6. Membuat Keputusan Karir Lebih Mudah

Kamu pasti sering dihadapkan pada persimpangan jalan dalam karir, kan? Ada tawaran pekerjaan baru, kesempatan pelatihan, atau bahkan dilema antara mengejar hobi atau karir. Kalau tidak punya tujuan, keputusan-keputusan ini bisa sangat membingungkan.

Tapi, saat kamu punya tujuan karir, semuanya jadi lebih jelas.
  • Punya Filter: Tujuan karirmu akan menjadi "filter" yang ampuh. Setiap ada peluang atau tawaran, kamu tinggal bertanya, "Apakah ini mendekatkan saya pada tujuan karir saya?" Jika ya, ambil. Jika tidak, lupakan.
  • Meminimalkan Penyesalan: Keputusan yang diambil berdasarkan tujuan yang jelas cenderung tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari, karena kamu tahu itu adalah pilihan terbaik untuk dirimu.
  • Cepat Ambil Keputusan: Kamu tidak akan berlarut-larut dalam kebingungan. Proses pengambilan keputusan jadi lebih cepat dan efektif.
Saya pernah menolak tawaran pekerjaan dengan gaji lebih tinggi di bidang yang sangat berbeda, hanya karena itu tidak sejalan dengan tujuan karir manajemen yang sudah saya tetapkan. Banyak yang bilang saya bodoh, tapi saya tidak menyesal. Karena saya tahu, itu akan menjauhkan saya dari arah yang saya inginkan. Keputusan itu membuat saya bahagia karena saya tetap berada di jalur yang benar menurut saya.

7. Membantu Mencapai Work-Life Balance

Ini mungkin terdengar kontradiktif, "punya tujuan karir kok malah bikin work-life balance?" Tapi ini benar adanya!
  • Batas yang Jelas: Dengan tujuan yang jelas, kamu jadi tahu kapan harus bekerja keras dan kapan harus berhenti. Kamu tidak akan terus-terusan bekerja tanpa akhir, karena kamu tahu kapan tujuan itu tercapai dan bisa dialokasikan waktu untuk hal lain.
  • Waktu Berkualitas: Saat kamu punya tujuan, kamu jadi lebih fokus dan efisien saat bekerja. Artinya, kamu bisa menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang lebih singkat, sehingga punya lebih banyak waktu berkualitas untuk keluarga, hobi, atau istirahat.
  • Mengurangi Stres Kerja: Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, tujuan karir mengurangi stres. Stres yang berkurang di tempat kerja berarti lebih banyak energi positif yang bisa dibawa pulang ke rumah, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Dulu, saya seringkali merasa harus bekerja tanpa henti. Tapi, setelah saya menyadari bahwa tujuan karir saya juga perlu didukung oleh kesehatan fisik dan mental yang baik, saya mulai menyadari pentingnya work-life balance. Saya jadi lebih disiplin dalam membagi waktu, tahu kapan harus push, dan kapan harus pause. Hasilnya, saya lebih bahagia, lebih sehat, dan justru lebih produktif di kantor.

Bagaimana Cara Menentukan Tujuan Karirmu Sendiri?

Oke, sekarang kamu sudah paham kenapa punya tujuan karir itu penting dan bisa bikin bahagia. Pertanyaannya, bagaimana cara menentukannya? Jangan khawatir, ini bukan ilmu roket kok! Ada beberapa langkah sederhana yang bisa kamu coba:

1. Introspeksi Diri: Kenali Passion, Kekuatan, dan Nilaimu

Ini langkah pertama dan paling krusial. Kamu harus tahu "siapa dirimu" sebelum menentukan "mau jadi apa".
  • Passion (Minat): Apa yang kamu suka lakukan, bahkan saat tidak dibayar? Apa yang membuatmu lupa waktu? Bisa jadi itu adalah passionmu.
  • Strength (Kekuatan/Skill): Apa yang kamu lakukan dengan baik? Apa yang sering dipuji orang tentang dirimu? Ini bisa dari hard skill (misal: jago coding, mahir mesin bubut seperti saya dulu) atau soft skill (misal: bagus dalam komunikasi, empati yang tinggi).
  • Values (Nilai): Apa yang penting bagimu dalam hidup? Apakah itu keamanan finansial, dampak sosial, kebebasan, kreativitas, atau work-life balance? Nilai-nilai ini akan jadi kompas moral dalam perjalanan karirmu.
Coba deh, siapkan buku catatan atau buka aplikasi notes di HP-mu. Tuliskan semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Jujur pada dirimu sendiri, ya!

2. Lakukan Riset: Peluang dan Keterampilan yang Dibutuhkan

Setelah kamu tahu siapa dirimu, sekarang saatnya melihat ke luar.
  • Telusuri Profesi Impian: Cari tahu lebih banyak tentang profesi yang menarik perhatianmu. Apa saja tanggung jawabnya? Berapa rata-rata gajinya? Bagaimana prospek karirnya di masa depan?
  • Identifikasi Keterampilan yang Dibutuhkan: Profesi impianmu butuh skill apa saja? Apakah itu technical skill atau soft skill? Dari daftar itu, mana yang sudah kamu punya, dan mana yang perlu kamu pelajari?
  • Manfaatkan Jaringan: Ajak ngobrol orang-orang yang sudah punya karir di bidang yang kamu minati. Tanya pengalaman mereka, tantangan yang mereka hadapi, dan saran mereka untuk pemula. Ini bisa jadi wawasan berharga yang tidak akan kamu dapatkan di buku.

3. Tentukan Tujuan Karir dengan Prinsip SMART

Tujuan itu harus jelas, tidak mengawang-awang. Gunakan prinsip SMART:
  • Specific (Spesifik): Jangan cuma bilang "mau sukses". Tapi, "Saya ingin menjadi Manajer Pemasaran di perusahaan teknologi dalam 5 tahun."
  • Measurable (Terukur): Bagaimana kamu tahu kamu sudah mencapainya? Misalnya, "dengan portofolio 10 proyek kampanye digital."
  • Achievable (Dapat Dicapai): Realistis. Jangan langsung mau jadi CEO dalam setahun kalau kamu baru lulus kuliah.
  • Relevant (Relevan): Apakah tujuan ini relevan dengan minat, kekuatan, dan nilaimu?
  • Time-bound (Berbatas Waktu): Kapan kamu mau mencapainya? "Dalam 5 tahun," "pada usia 30 tahun," dan seterusnya.

4. Buat Rencana Aksi dan Mulai Berjalan

Tujuan tanpa rencana hanyalah mimpi.
  • Pecah Jadi Langkah Kecil: Setelah punya tujuan SMART, pecah tujuan besar itu jadi langkah-langkah kecil yang bisa kamu lakukan. Contoh: "Belajar skill X," "Ikut kursus Y," "Cari mentor," "Bangun portofolio," "Ikut magang."
  • Tentukan Batas Waktu untuk Setiap Langkah: Berikan target waktu untuk setiap langkah kecil.
  • Mulai dari Sekarang: Jangan tunda! Lakukan langkah pertama, sekecil apapun itu. Ingat, perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah.

5. Fleksibel dan Tinjau Ulang Secara Berkala

Dunia itu dinamis, karir juga begitu. Tujuan karirmu bisa berubah seiring waktu dan pengalaman.
  • Evaluasi Rutin: Setidaknya setahun sekali, tinjau kembali tujuan karirmu. Apakah masih relevan? Apakah ada hal baru yang ingin kamu tambahkan?
  • Berani Beradaptasi: Jangan takut mengubah tujuan jika ada peluang atau minat baru yang muncul. Fleksibilitas ini justru menunjukkan kematangan dan kemampuanmu beradaptasi.
Pengalaman saya dari SMK Pemesinan ke Kuliah Manajemen adalah contoh paling nyata dari fleksibilitas ini. Tujuan karir saya berubah total, tapi justru perubahan itu yang membawa saya pada kebahagiaan dan kepuasan yang lebih besar. Kalau dulu saya ngotot tetap di dunia mesin, mungkin saya tidak akan sebahagia sekarang.

Pengalaman Pribadi Dwi: Bagaimana Tujuan Karir Mengubah Segala-galanya

Saat saya lulus SMK Jurusan Pemesinan, jujur, saya tidak punya tujuan karir yang spesifik. Saya cuma tahu saya harus kerja, harus punya penghasilan. Gambaran saya tentang masa depan ya paling kerja di pabrik, jadi teknisi, atau buka bengkel kecil-kecilan. Tidak ada yang salah dengan itu, tapi di hati kecil saya, ada semacam kegelisahan. Saya merasa ada "sesuatu yang lebih" yang ingin saya capai, tapi saya tidak tahu apa itu.

Masa-masa itu, saya sering merasa "jalan di tempat". Walaupun bekerja, tapi saya merasa tidak ada pertumbuhan, tidak ada tantangan yang berarti. Kebahagiaan saya saat itu ya hanya sebatas punya uang untuk kebutuhan sehari-hari.

Titik baliknya adalah ketika saya memutuskan untuk kuliah di Jurusan Manajemen. Ini adalah keputusan yang berani dan mengubah segalanya. Saat itu, saya mulai merumuskan tujuan karir saya: "Saya ingin menjadi seorang pemimpin yang bisa mengelola sumber daya (manusia, material, uang) untuk mencapai tujuan organisasi, sekaligus mampu memberdayakan tim saya."

Dengan tujuan ini, tiba-tiba hidup saya punya arah yang jelas.
  • Motivasi: Saya jadi sangat termotivasi untuk belajar. Kuliah sambil bekerja itu tidak mudah, apalagi dengan latar belakang yang berbeda. Tapi karena saya tahu untuk apa saya melakukannya, saya jadi semangat dan tidak mudah menyerah.
  • Fokus: Saya fokus pada mata kuliah yang relevan, membaca buku-buku kepemimpinan, dan mencari kesempatan untuk mengambil peran kepemimpinan, meskipun itu hanya di kegiatan kemahasiswaan atau proyek-proyek kecil.
  • Keputusan Jelas: Ketika ada kesempatan untuk naik jabatan di bidang teknis, saya dengan mantap menolaknya karena saya tahu tujuan saya bukan di sana. Saya memilih jalur yang lebih menantang di bidang manajemen, meskipun risikonya lebih besar di awal.
  • Pertumbuhan & Kebahagiaan: Seiring waktu, saya merasakan pertumbuhan yang signifikan. Saya belajar banyak, saya bisa menerapkan ilmu saya, dan saya melihat dampaknya pada tim dan organisasi. Rasa puas dan bahagia itu jauh melebihi gaji yang saya dapatkan. Saya tidak lagi bekerja hanya untuk uang, tapi untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Lihatlah, dari seorang lulusan SMK yang hanya bergelut dengan mesin dan oli, saya bisa bertransformasi menjadi seorang profesional di bidang manajemen. Ini semua karena saya punya tujuan karir yang jelas. Tujuan itu tidak hanya memberi saya arah, tapi juga "bensin" yang membuat saya terus melaju, bahkan saat melewati jalan yang berliku dan menanjak.

Intinya, Karir Itu Bukan Hanya Soal Uang, Tapi Soal Perjalanan Hidupmu

Jadi, teman-teman dwik.xyz, kalau ada yang bertanya "Kenapa punya tujuan karir bikin kamu lebih bahagia?", jawabannya sederhana: karena tujuan itu memberi makna, arah, dan kendali atas perjalanan hidupmu. Kamu tidak lagi menjadi penumpang yang pasrah, tapi seorang kapten yang memegang kemudi kapalmu sendiri.

Kebahagiaan sejati dalam karir tidak hanya datang dari seberapa banyak uang yang kamu hasilkan, tapi dari seberapa bermakna pekerjaanmu bagimu, seberapa besar kamu bisa bertumbuh, dan seberapa puas kamu dengan arah yang kamu tuju.

Jangan tunda lagi untuk merumuskan tujuan karirmu. Tidak perlu langsung sempurna, mulailah dari yang kecil. Yang penting, kamu punya titik awal dan arah yang jelas. Percayalah, perjalanan karirmu akan terasa jauh lebih menyenangkan, bermakna, dan tentu saja, lebih membahagiakan.

Saya Dwi, dari dwik.xyz, sangat berharap artikel ini bisa menjadi pemantik semangat buat kalian semua. Selamat merancang karir impianmu!

Penutup

Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian sudah punya tujuan karir yang jelas? Atau mungkin kalian punya pengalaman unik dalam menemukan tujuan karir? Yuk, tinggalkan komentar di bawah dan bagikan cerita serta tips kalian! Mari kita saling menginspirasi dan membangun komunitas positif. Kalau artikel ini bermanfaat, jangan ragu untuk like dan bagikan ke teman-temanmu yang mungkin juga sedang mencari arah dalam karir mereka. Sampai jumpa di artikel berikutnya!

Referensi:
  • Covey, S. R. (1989). The 7 Habits of Highly Effective People. Free Press. (Konsep memulai dengan tujuan akhir dalam pikiran).
  • Locke, E. A., & Latham, G. P. (1990). A Theory of Goal Setting & Task Performance. Prentice-Hall. (Teori penetapan tujuan dan kaitannya dengan motivasi dan kinerja).
  • Pink, D. H. (2009). Drive: The Surprising Truth About What Motivates Us. Riverhead Books. (Diskusi tentang otonomi, mastery, dan tujuan sebagai motivator intrinsik).
  • Dweck, C. S. (2006). Mindset: The New Psychology of Success. Random House. (Konsep growth mindset yang relevan dengan pembelajaran dan pertumbuhan karir).