Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tanda Kamu Butuh Ganti Jalur Karir: Saatnya Berani Berubah!

Ganti Karir
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, salam sejahtera untuk kita semua!

Halo, teman-teman pembaca setia dwik.xyz! Apa kabar kalian hari ini? Saya harap kalian semua sehat dan semangat, ya. Kali ini, saya ingin mengajak kalian ngobrol tentang sesuatu yang mungkin sedang dirasakan banyak orang, termasuk kamu atau mungkin teman dekatmu. Topiknya adalah: "Tanda Kamu Butuh Ganti Jalur Karir: Saatnya Berani Berubah!"

Pernah nggak sih, kamu bangun pagi dengan perasaan berat, kayak ada beban gunung di punggung? Padahal, hari itu kamu harus berangkat kerja. Atau, kamu merasa waktu berjalan lambat banget saat di kantor, dan begitu pulang, rasanya lelah fisik dan mental, meskipun kerjaanmu nggak terlalu berat? Mungkin juga, kamu sering bertanya-tanya, "Apakah ini memang yang saya inginkan? Apakah saya bahagia di sini?"

Kalau jawabanmu "iya" untuk salah satu pertanyaan di atas, atau bahkan semuanya, jangan khawatir! Kamu tidak sendirian. Banyak sekali orang di luar sana yang merasakan hal yang sama. Bahkan, saya pribadi juga pernah merasakan itu. Setelah lebih dari 15 tahun berkarier di berbagai bidang, saya bisa bilang bahwa perubahan itu bagian tak terpisahkan dari perjalanan profesional kita. Sama seperti sungai yang selalu mengalir dan tidak pernah diam, karir kita juga perlu terus beradaptasi dan berkembang.

Artikel ini bukan berarti menyuruh kamu langsung resign besok pagi, ya. Bukan sama sekali! Tujuan saya menulis ini adalah untuk membantu kamu mengenali tanda-tanda yang mungkin selama ini kamu abaikan. Tanda-tanda bahwa mungkin, sudah saatnya kamu mempertimbangkan untuk mencari "rumah" profesional yang baru, yang lebih sesuai dengan dirimu saat ini. Mari kita selami lebih dalam, yuk!

Mengapa Perubahan Karir Itu Penting?

Coba deh, bayangkan kamu punya sepatu. Awalnya sepatu itu nyaman banget, pas di kaki, dan kamu suka memakainya ke mana-mana. Tapi seiring waktu, kakimu bertumbuh, atau model sepatunya sudah nggak relevan lagi dengan gayamu. Kalau dipaksa pakai terus, pasti nggak nyaman, bikin lecet, bahkan bisa bikin sakit, kan?

Nah, karir itu mirip sepatu. Dulu, pekerjaan yang kamu geluti mungkin sangat cocok untukmu. Mungkin itu impianmu sejak kecil, atau pekerjaan pertama yang kamu dapat setelah lulus kuliah. Tapi seiring berjalannya waktu, kita sebagai manusia juga bertumbuh. Minat kita berubah, skill kita bertambah, nilai-nilai hidup kita berevolusi, dan prioritas kita pun bergeser. Dunia kerja juga terus berubah, lho!

Hidup Itu Dinamis, Kamu Juga

Kita ini bukan patung yang diam di tempat. Kita terus belajar, berkembang, dan berubah setiap harinya. Pengalaman hidup, pergaulan, bahkan buku atau film yang kita tonton, semuanya bisa memengaruhi cara kita melihat dunia dan apa yang kita inginkan dari hidup.

Kalau kita terus memaksakan diri di jalur karir yang sudah tidak lagi sejalan dengan diri kita yang baru, lama-lama akan terasa sesak, bahkan bisa berujung pada burnout atau hilangnya semangat hidup. Perubahan karir bukan berarti kamu gagal di pekerjaan sebelumnya. Justru, itu adalah tanda bahwa kamu berani mendengarkan dirimu sendiri, berani berkembang, dan berani mencari kebahagiaan yang sejati dalam pekerjaan. Itu adalah sebuah keberanian!

"Baju yang Tidak Lagi Muat": Analogi Sederhana

Sama seperti baju yang kekecilan atau kebesaran, pekerjaan yang tidak lagi cocok juga akan membuat kita tidak nyaman. Baju kekecilan bikin kita sesak dan sulit bergerak, baju kebesaran bikin kita terlihat tenggelam dan tidak percaya diri.

Begitu juga dengan karir. Jika kamu merasa "kekecilan" karena tidak ada tantangan dan potensi berkembang, atau "kebesaran" karena kamu merasa tidak mampu memenuhi tuntutan yang tidak relevan dengan minatmu, itu adalah sinyal. Sinyal bahwa kamu butuh "baju baru" yang lebih pas, yang bisa membuatmu bergerak leluasa, tampil percaya diri, dan merasa nyaman di kulitmu sendiri.

7+ Tanda Jelas Kamu Butuh Ganti Jalur Karir

Sekarang, mari kita bedah tanda-tanda yang mungkin selama ini kamu rasakan, tapi sering kamu abaikan atau anggap remeh. Ini bukan sekadar rasa malas biasa, ya, tapi indikator serius bahwa ada sesuatu yang perlu diubah.

1. Rasa Bosan yang Menggerogoti Sampai ke Tulang

Pernah nggak sih, kamu merasa setiap hari di kantor itu sama saja? Rutinitas yang monoton, pekerjaan yang itu-itu saja, tantangan yang tidak ada. Kamu merasa tidak ada lagi yang bisa dipelajari, tidak ada lagi yang bisa dieksplorasi. Rasanya bosan sampai ke ubun-ubun, seperti menonton film yang sama berulang-ulang sampai kamu hafal semua dialognya.
  • Bukan Malas Biasa: Rasa bosan ini bukan sekadar malas bangun pagi, tapi rasa hampa di dada. Kamu merasa tidak ada purpose atau tujuan yang jelas dari apa yang kamu lakukan setiap hari.
  • Kurangnya Tantangan: Otak kita butuh stimulasi. Kalau tidak ada tantangan baru, kita cenderung stagnan dan merasa tidak berkembang. Ini seperti kamu hanya bermain game level 1 terus-menerus, padahal kamu sudah punya kemampuan untuk bermain di level yang lebih tinggi.

2. Tidak Ada Rasa Semangat Pagi (alias Berat Banget Berangkat Kerja)

Ini tanda paling klasik. Kamu bangun pagi, alarm berbunyi, tapi rasanya kayak mau perang. Bantal terasa memanggil-manggil untuk tetap tidur. Otakmu sudah memprotes keras, "Haruskah aku pergi? Kenapa sih harus Senin lagi?"
  • Bukan Sekadar Mood Buruk: Semua orang bisa punya mood buruk di pagi hari. Tapi kalau ini terjadi setiap hari, bahkan di hari Jumat sekalipun (padahal harusnya semangat karena besok libur!), itu adalah sinyal.
  • Energi yang Terkuras: Kamu merasa lelah bahkan sebelum memulai pekerjaan. Ini bukan karena kurang tidur, tapi karena pekerjaanmu menyedot energimu secara emosional dan mental, bukan memberimu energi.

3. Kesehatan Fisik dan Mental Mulai Terganggu

Ini adalah tanda yang paling serius dan tidak boleh diabaikan. Ketika pekerjaan mulai memengaruhi kesehatanmu, itu lampu merah.
  • Stres Kronis: Kamu sering sakit kepala, sakit maag, sulit tidur, atau mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh menurun akibat stres.
  • Kecemasan dan Depresi: Kamu merasa cemas berlebihan, mudah marah, sulit konsentrasi, atau bahkan kehilangan minat pada hal-hal yang dulunya kamu nikmati. Ini adalah burnout yang parah. Ingat, pekerjaan itu untuk hidup, bukan hidup untuk pekerjaan yang sampai mengorbankan kesehatanmu. Prioritaskan dirimu!

4. Kurangnya Kesempatan untuk Bertumbuh dan Berkembang

Kamu merasa terjebak di posisi yang sama selama bertahun-tahun tanpa ada tanda-tanda promosi atau pengembangan diri. Skill-mu tidak terasah, dan kamu merasa tidak ada pembelajaran baru yang bisa didapatkan.
  • Tidak Ada Jenjang Karir Jelas: Kamu tidak melihat ada jalan ke atas, atau perusahaan tempatmu bekerja tidak menyediakan program pelatihan atau pengembangan karyawan.
  • Keahlianmu Tidak Terpakai: Kamu punya banyak potensi dan keahlian lain yang tidak bisa kamu gunakan di pekerjaanmu saat ini. Rasanya seperti kamu punya pisau serbaguna tapi hanya dipakai untuk memotong kertas. Sayang sekali, kan?

5. Nilai-nilai Pribadi Tidak Sejalan dengan Nilai Perusahaan/Industri

Setiap orang punya nilai-nilai yang mereka pegang teguh, seperti integritas, kejujuran, keadilan, atau pentingnya kontribusi sosial. Jika pekerjaanmu atau industri tempatmu bekerja seringkali bertentangan dengan nilai-nilai ini, kamu akan merasa konflik batin yang luar biasa.
  • Konflik Internal: Kamu mungkin merasa "berdosa" atau tidak nyaman dengan praktik-praktik perusahaan, atau tujuan perusahaan tidak sejalan dengan apa yang kamu yakini penting dalam hidup.
  • Merasa Terjebak: Kamu mungkin merasa harus berkompromi dengan prinsipmu sendiri demi pekerjaan, dan ini akan menggerogoti jiwamu perlahan-lahan.

6. Gaji Besar Tapi Tidak Bahagia (Paradoks Emas)

Ini seringkali jadi jebakan manis. Kamu punya gaji yang lumayan besar, fasilitas oke, tapi di dalam hati, ada rasa kosong dan tidak puas. Kamu sadar bahwa uang itu penting, tapi kebahagiaanmu terasa tidak bisa dibeli.
  • "Golden Handcuffs": Istilah ini merujuk pada situasi di mana seseorang terikat pada pekerjaan yang tidak mereka sukai karena gaji atau tunjangan yang tinggi. Sulit untuk melepaskannya, tapi batinmu menderita.
  • Prioritas yang Bergeser: Mungkin dulu uang adalah prioritas utamamu, tapi sekarang kamu lebih menghargai work-life balance, makna pekerjaan, atau kesempatan untuk berkarya sesuai passion.

7. Sering Mengeluh dan Negatif (dan Menulari Orang Lain)

Kalau kamu menyadari dirimu sering mengeluh tentang pekerjaan, entah itu ke teman, keluarga, atau bahkan di media sosial, itu adalah sinyal. Kamu mungkin bahkan menjadi pribadi yang lebih negatif dan pesimis.
  • Mencari Alasan untuk Tidak Masuk: Kamu sering mencari-cari alasan untuk izin tidak masuk kerja atau datang terlambat.
  • Energi Negatif Menular: Sikap negatifmu bisa menular ke orang-orang di sekitarmu, bahkan sampai ke rumah dan mengganggu hubungan pribadimu. Ini seperti virus yang menyebar.

8. Ada Panggilan Hati atau Mimpi Karir yang Berbeda

Terkadang, tanda ini muncul sebagai bisikan halus di hati. Kamu punya ide, passion, atau mimpi tentang karir lain yang terus-menerus muncul di pikiranmu. Mungkin itu hobi yang ingin kamu seriusi, atau bidang baru yang menarik perhatianmu.
  • Mimpi yang Tak Kunjung Padam: Meskipun kamu sudah berusaha mengabaikannya, mimpi itu terus hidup dan semakin kuat. Ini seperti suara yang terus memanggilmu.
  • Merasa Tidak Menjalani Potensi Penuh: Kamu merasa ada "sesuatu yang hilang" dalam hidupmu, sesuatu yang seharusnya kamu lakukan tapi belum kamu jalani.
Kalau kamu merasakan minimal 3-4 tanda di atas secara konsisten, maka ini saatnya untuk serius memikirkan langkah selanjutnya. Ini bukan tentang impulsif, tapi tentang introspeksi dan perencanaan yang matang.

Pengalaman Pribadi Dwi: Dari Mekanik ke Meja Manajemen

Saya rasa penting untuk berbagi pengalaman pribadi saya di sini, biar kalian tahu bahwa perubahan jalur karir itu bukan sesuatu yang mustahil, bahkan bagi saya yang punya latar belakang cukup unik. Seperti yang sering saya ceritakan, saya ini lulusan SMK Jurusan Pemesinan. Urusannya ya sama mesin bubut, milling, las, dan pekerjaan mekanik lainnya. Saya pernah bekerja di bengkel, tangan saya akrab dengan oli dan geram besi.

"Dulu Mikirnya Cuma Bubut Besi..."

Dulu, dunia saya ya seputar bagaimana membuat komponen mesin yang presisi, bagaimana memperbaiki mesin yang rusak, dan bagaimana membaca gambar teknik. Jujur, saya menikmati pekerjaan itu. Ada kepuasan tersendiri ketika saya bisa membuat sesuatu yang konkret dengan tangan saya. Tapi, seiring berjalannya waktu, sekitar beberapa tahun setelah lulus SMK dan bekerja di dunia teknik, ada satu pertanyaan yang mulai muncul di benak saya: "Apakah ini akan jadi jalan saya selamanya?"

Saya mulai merasa ada "panggilan" lain. Saya mulai tertarik pada bagaimana sebuah sistem besar di industri itu berjalan, bagaimana mengelola sumber daya manusia, bagaimana strategi bisnis dibuat. Saya ingin tahu lebih dari sekadar "mengutak-atik" mesin. Saya ingin "mengelola" mesin, mengelola orang yang mengutak-atik mesin, bahkan mengelola bisnisnya.

"Suara Hati yang Bilang Beda"

Perasaan ini bukan datang secara instan, ya. Awalnya hanya bisikan-bisikan kecil, rasa penasaran yang muncul saat melihat bagian lain dari sebuah perusahaan. Bisikan itu perlahan menjadi semakin kuat, seperti air yang menetes terus-menerus hingga mampu mengikis batu. Saya mulai merasa kurang tertantang di dunia teknik, dan ada rasa haus untuk belajar hal-hal yang benar-benar baru.

Saya sadar betul, bahwa beralih dari dunia teknik yang sangat hands-on dan spesifik ke dunia manajemen yang lebih luas dan abstrak itu butuh keberanian besar. Saya harus mulai dari nol lagi di bidang yang sama sekali berbeda. Saya harus belajar akuntansi, pemasaran, sumber daya manusia, strategi, yang dulunya sama sekali asing di telinga saya. Tanda-tanda yang saya sebutkan di atas, beberapa di antaranya mulai saya rasakan: rasa bosan yang menjemukan, kurangnya tantangan, dan adanya "panggilan" ke jalur yang berbeda.

"Transisi yang Tidak Mudah, Tapi Sepadan"

Keputusan untuk melanjutkan kuliah di Jurusan Manajemen adalah salah satu keputusan terbesar dalam hidup saya saat itu. Saya harus belajar ekstra keras untuk mengejar ketertinggalan dari teman-teman yang memang dari latar belakang IPS. Saya sering merasa minder di awal, merasa seperti ikan yang keluar dari air. Tapi, saya percaya bahwa growth atau pertumbuhan itu terjadi di luar zona nyaman.

Dan benar saja, transisi ini tidak mudah. Ada masa-masa sulit, masa-masa di mana saya meragukan keputusan saya sendiri. Tapi, saya juga menemukan kepuasan yang luar biasa. Saya belajar banyak hal baru, bertemu orang-orang dengan perspektif berbeda, dan yang terpenting, saya merasa kembali "hidup" dan bersemangat.

Lebih dari 15 tahun kemudian, dengan pengalaman di berbagai bidang dan posisi manajerial, saya bisa melihat bahwa keputusan untuk ganti jalur karir itu adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya buat. Pengalaman di dunia teknik justru memberi saya fondasi unik dalam memahami operasional dan produksi, yang menjadi nilai tambah ketika saya masuk ke dunia manajemen.

Jadi, kalau kamu sedang merasakan tanda-tanda itu, percayalah bahwa perubahan itu mungkin. Dan yang terpenting, perubahan itu bisa jadi justru membawa kamu ke tempat yang seharusnya kamu berada.

Setelah Menyadari Tanda-tanda, Lalu Apa? (Langkah Berani Berubah)

Mengenali tanda-tanda itu baru separuh perjalanan. Separuh lainnya adalah mengambil langkah. Tapi ingat, mengambil langkah ini bukan berarti kamu harus langsung resign besok, ya! Ini tentang perencanaan yang matang dan strategi yang cerdas.

1. Refleksi Mendalam: Kenali Dirimu Lebih Jauh

Sebelum melangkah, kamu perlu tahu mau ke mana. Dan untuk itu, kamu harus tahu siapa dirimu saat ini.
  • Identifikasi Passion dan Minat: Apa yang benar-benar membuatmu bersemangat? Apa yang kamu suka pelajari di waktu luang? Hobi apa yang ingin kamu seriusi?
  • Kenali Kekuatan dan Keahlianmu: Buat daftar semua keahlian yang kamu miliki, baik yang terkait pekerjaan maupun yang tidak. Apa yang kamu kuasai? Apa yang sering dipuji orang darimu?
  • Definisikan Nilai-nilai Pribadimu: Apa yang paling penting bagimu dalam pekerjaan dan kehidupan? Fleksibilitas? Makna? Gaji tinggi? Keamanan? Lingkungan kerja yang suportif?
Contoh: Kalau kamu suka membantu orang, suka ngobrol, dan punya kemampuan mendengar yang baik, mungkin karir di bidang konseling atau HR akan lebih cocok daripada jadi akuntan yang setiap hari berhadapan dengan angka.

2. Riset dan Eksplorasi: Buka Mata dan Pikiranmu

Setelah mengenal diri, saatnya melihat keluar.
  • Jelajahi Berbagai Pilihan: Cari tahu tentang berbagai jalur karir yang mungkin menarik minatmu. Baca artikel, tonton video, ikuti webinar gratis. Jangan batasi dirimu hanya pada yang kamu tahu.
Lakukan Ini penting banget! Hubungi orang-orang yang sudah bekerja di bidang yang kamu minati. Ajak mereka ngobrol (misalnya via Zoom atau kopi darat). Tanyakan tentang apa saja: tantangan, keuntungan, kualifikasi yang dibutuhkan, bagaimana sehari-hari mereka bekerja. Ini akan memberimu gambaran yang realistis. Jangan takut bertanya, ya! Ini justru menunjukkan keseriusanmu.

3. Asah Skill Baru: Investasi pada Dirimu Sendiri

Kalau kamu sudah tahu jalur karir baru yang kamu tuju, identifikasi skill apa yang kamu butuhkan.
  • Kursus Online & Sertifikasi: Banyak platform seperti Coursera, Udemy, edX, atau bahkan YouTube yang menyediakan kursus gratis maupun berbayar.
  • Baca Buku dan Artikel: Sumber ilmu pengetahuan itu melimpah. Baca buku-buku relevan, ikuti blog atau website pakar di bidang tersebut.
Contoh: Jika kamu ingin beralih dari marketing ke data analysis, kamu perlu belajar bahasa pemrograman seperti Python atau R, serta tool analisis data. Ambil kursus online yang relevan atau ikut bootcamp.

4. Jaringan (Networking) itu Kunci: Bangun Koneksi yang Kuat

Orang bilang, your network is your net worth. Ini sangat berlaku dalam perubahan karir.
  • Hubungi Teman Lama: Siapa tahu teman lama punya informasi atau koneksi yang berguna.
  • Aktif di LinkedIn: Ini platform profesional yang sangat powerful. Ikuti grup industri yang kamu minati, berinteraksi dengan postingan orang lain, dan mulai bangun profilmu sesuai dengan tujuan karir barumu.
  • Hadir di Acara Industri: Ikuti seminar, workshop, atau konferensi yang relevan dengan jalur karir barumu. Ini kesempatan emas untuk bertemu orang-orang baru dan belajar langsung dari para ahlinya.

5. Rencanakan Transisi yang Bijak: Jangan Terburu-buru!

Perubahan karir jarang sekali terjadi dalam semalam. Butuh perencanaan matang.
  • Siapkan Dana Darurat: Pastikan kamu punya tabungan yang cukup untuk menopang hidupmu selama beberapa bulan jika kamu memutuskan untuk resign tanpa pekerjaan baru. Umumnya 3-6 bulan pengeluaran.
  • Buat Rencana Jangka Pendek & Panjang: Kapan kamu akan mulai melamar? Kapan kamu akan resign? Apa skill yang harus dikuasai dalam 3 bulan ke depan?
  • Jangan Bakar Jembatan: Ketika kamu memutuskan untuk pergi dari pekerjaanmu saat ini, lakukan dengan profesional. Jaga hubungan baik dengan rekan kerja dan atasan. Siapa tahu suatu hari nanti kalian akan bertemu lagi atau kamu butuh rekomendasi.

6. Uji Coba dengan Proyek Sampingan atau Volunteer

Sebelum terjun sepenuhnya, coba dulu "celupkan kakimu" di air yang baru.
  • Proyek Freelance/Part-time: Jika memungkinkan, ambil proyek-proyek kecil di bidang baru secara freelance atau part-time di luar pekerjaan utamamu. Ini akan memberimu pengalaman praktis dan portofolio.
  • Menjadi Relawan (Volunteer): Banyak organisasi yang membutuhkan relawan untuk berbagai proyek. Ini cara bagus untuk mendapatkan pengalaman, membangun jaringan, dan melihat apakah bidang tersebut benar-benar cocok untukmu, tanpa tekanan finansial.

7. Siapkan Mental untuk Perubahan: Ini Tidak Akan Mudah

Perubahan itu menakutkan, apalagi perubahan besar seperti jalur karir. Akan ada keraguan, tantangan, bahkan mungkin kegagalan.
  • Kelilingi Dirimu dengan Positif: Cari support system dari teman, keluarga, atau mentor yang bisa menguatkanmu.
  • Rayakan Progres Kecil: Jangan hanya fokus pada tujuan akhir. Setiap kali kamu berhasil mempelajari skill baru, mendapatkan informational interview, atau menyelesaikan proyek sampingan, rayakan pencapaian itu. Ini akan membangun rasa percaya dirimu.
  • Ingat Tujuanmu: Ketika rasa lelah atau ragu muncul, ingatlah kembali mengapa kamu memulai ini. Ingat kembali tanda-tanda yang membuatmu ingin berubah. Kebahagiaan dan kepuasan di karir baru akan sepadan dengan perjuanganmu.

Kesimpulan: Keberanian untuk Melangkah Adalah Kunci

Teman-teman semua, memutuskan untuk ganti jalur karir itu bukan sebuah kegagalan, justru adalah sebuah keberanian. Keberanian untuk mendengarkan diri sendiri, keberanian untuk mengakui bahwa ada sesuatu yang tidak lagi pas, dan keberanian untuk mengambil langkah demi kebahagiaan dan pertumbuhan dirimu.

Ingat, hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan di tempat yang tidak membuatmu merasa berkembang, bahagia, atau termotivasi. Kamu berhak untuk menemukan jalur karir yang benar-benar sesuai dengan dirimu. Tidak peduli berapa usiamu, tidak peduli apa latar belakangmu, selalu ada kesempatan untuk berubah dan memulai lembaran baru.

Saya Dwi, dari dwik.xyz, sangat berharap artikel ini bisa menjadi pemicu atau setidaknya pemantik untuk kamu yang sedang merasa galau dengan jalur karirmu. Jangan takut untuk melangkah. Dunia ini penuh dengan peluang, dan kamu punya potensi yang luar biasa untuk meraihnya.

Penutup

Bagaimana menurut kalian? Apakah kamu pernah merasakan tanda-tanda ini dan berhasil ganti jalur karir? Atau mungkin kamu sedang dalam proses mempertimbangkannya? Jangan sungkan untuk tinggalkan komentar di bawah, ya! Mari kita diskusi dan saling berbagi pengalaman. Kalau artikel ini bermanfaat, jangan lupa untuk like dan bagikan ke teman-temanmu yang mungkin juga sedang butuh dorongan semangat ini. Sampai jumpa di artikel berikutnya!

Referensi:
  • Grant, A. (2016). Originals: How Non-Conformists Move the World. Viking. (Konsep perubahan dan inovasi)
  • Sinek, S. (2009). Start with Why: How Great Leaders Inspire Everyone to Take Action. Portfolio. (Pentingnya menemukan "why" atau tujuan dalam pekerjaan).
  • Holmes, S. (2019). The Career Change Handbook: The Definitive Guide to Changing Career. Kogan Page. (Buku panduan praktis tentang perubahan karir).
  • Pengalaman pribadi penulis (Dwi) dan observasi umum dalam dunia profesional.